Senin, 08 November 2010

Ki Jurutaman, penjaga gaib gunung merapi


banyak orang yang mengaku bersahabat dengan merapi. Tetapi ironisnya, ia tak kenal dengan ki jurutaman. Padahal gunung merapi dengan penjaga gaibnya bernama ki jurutaman adalah dua makhluk tuhan yang bisa dipisahkan. Ki jurutaman dulunya adalah abdi dalem (pembantu) setia panembahan senopati (1550-1630) yang secara tak sengaja makan “telur jagad” dari kanjeng ratu kidul sehingga tubuhnya berubah menjadi tinggi dan besar. Entah sejak kapan tepatnya, kemudian ki jurutaman diutus menjadi menjaga gunung merapi agar supaya letusan tidak mengenai wilayah (kraton) jogjakarta. Sejak tahun 1600 terbentuklah perbukitan di lereng merapi sebelah selatan. Dinamakan glacap gunung atau punggung gunung. Masyarakat kemudian memberi nama sebagai geger boyo (punggung buaya) karena memang bentuknya mirip dengan punggung buaya. Geger boyo ini nyambung dengan bukit turgo yang juga berfungsi sebagai penahan guguran lava pijar ke arah jogja.

Namun seperti di tulis dalam serat jongko joyoboyo, bahwa kelak ki sabdopalon dan ki noyogenggong berjanji akan datang kembali untuk memberi pelajaran bagi orang jawa (nusantara) yang hilang kejawaannya (tidak memahami jati diri bangsanya). Tanda kedatangannya antara lain runtuhnya geger boyo merapi. Sebelum tahun 2006 abu vulaknik merapi tak pernah mencapai kota jogja. Namun sejak tahun 2007 debu vulkanik benar-benar mulai dapat menjangkau kota jogja (jalan gejayan). Peristiwa itu benar-benar terjadi hanya sepekan setelah gempa jogja pada 27 mei 2006 yang lalu.pada bulan november 2005 kami pertamakalinya bertemu dengan sosok ki jurutaman sewaktu berlibur di kaliurang. Ki jurutaman sudah hidup di alam sejati, ia tahu mana yang bener dan pener. Setiap apa yang dikatakannya begitu bijaksana dan penuh kandungan makna kehidupan yang sangat dalam.

Hanya sebatas perkenalan dan sempat kami berbincang singkat dengan ki jurutaman. Saya mendapat kesimpulan bahwa ki jurutaman sudah berusaha untuk bersabar selama ratusan tahun, tapi kini ia telah sampai pada patas akhir dari kesabaran. Selaras dengan komando ki sabdopalon dan noyogenggong bahwa kini saatnya manusia jawa sudah harus diberi pelajaran. Maka ki jurutaman pun telah enggan menjaga jogja dari letusan gunung merapi karena kecerobohan ulah manusia sendiri. Masyarakat telah melanggar wewaler atau pantangan. Melanggar wewaler sama halnya merusak keharmonisan kosmologis, alias bertentangan dengan hukum alam yang seharusnya manusia saling menabur welas asih dan saling menghargai kepada seluruh makhluk tanpa kecuali. Banyak orang mabok agomo lan donga, tidak memahami hakekat sejatinya hidup. Sudah banyak yang kajawan, hilang hakekat kejawaannya. Ki jurutaman hanya bilang ,”…wis mongso bodo-a ngger ! Sudahlah…terserah kalian saja aku nggak bisa menjaga lagi. Bebendu pasti akan datang tanpa bisa dicegah, kecuali yang selalu eling dan waspada. Orang-orang yang setyo budya, selalu ngugemi paugeran. Itulah wong-wong kang kenceng anggone gocekan waton. Kapan bebendu bagi masyarakat jawa yang telah berkhianat (durhaka) kepada alam dan para leluhurnya sendiri, yakni dimulai dengan lindu gede (gempa besar) dengan tumbal ribuan nyawa.

Benar saja, tanggal 27 mei 2006 gempa dahsyat menghancurkan wilayah jogja, klaten, sleman, bantul, sebagian wilayah kulonprogo, gunung kidul dan sekitarnya. Sebanyak hampir 8000 nyawa melayang dalam waktu hanya 15 detik.telah sekian lamanya ki jurutaman memendam rasa kecewa. Baik terhadap kraton yang melanggar paugeran. Bukankah ada paugeran bahwa ratu gung tak boleh jadi walang kaji. Tetapi kenyataannya telah terjadi pelanggaran itu. Apalagi syarat utama seorang juru kunci adalah harus kenal, bisa srawung, dengan penjaga gaibnya. Adalah salah kaprah anggapan orang bahwa juru kunci merapi adalah orang yang menjadi penjaga merapi. Bukan itu maksudnya. Juru kunci adalah ibarat “penyambung lidah” antara masyarakat gaib dengan masyarakat wadag. Bagaimana bisa terjadi komunikasi yang harmonis bila seorang juru kunci tidak mengenal dengan pimpinan masyarakat gaib. Padahal masyarakat gaib adalah tetangga kita di manapun berada yang harus kita hargai sebagai sesama mahluk hidup. Manusia mendem agomo terbiasa nglakoni mentang-mentang merasa paling, sehingga tanpa disadarinya ucapan, sikap dan perbuatannya terkadang sangat melecehkan masyarakat lain dimensi. Inilah sumber malapetaka, berasal dari sikap adigang adigung adiguna manusia sendiri. Banyak orang tak tahu apa-apa tetapi merasa dirinya tahu segala hal, sehingga mudah sekali mendiskreditkan orang lain. Salah dianggap benar, benar dianggap salah. Terjadi wolak-waliking jaman.

Sekian lama ki jurutaman menjadi obyek penderita dan selalu bersabar. Semakin luntur rasa welas asih masyarat karena terkena dampak berbagai doktrin dan dongeng. Dan saat ini ki jurutaman telah tak mampu lagi menahan kesabarannya. Ki jurutaman marah besar. Hingga mengerahkan ribuan banaspati bersama serangan awan panas dan lava pijar, yang meluluhlantakkan segala sesuatu yang dilewatinya. Ia tidak lagi mau menjaga (kraton) jogja dan masyarakat lereng merapi dari letusan gunung merapi. Tanggal 29 oktober 2010 hari sabtu dini hari (jam 00.45 wib) merapi kembali meletus lebih dahsyat selama 30 menit lebih. Abu vulkanik benar-benar membuat sejarah baru mencapai kraton kraton dan wilayah kota jogja, bahkan hingga mencapai laut selatan. Ini kejadian yang sangat langka, jika tak bisa dikatakan belum pernah terjadi. Sekaligus menjadi peringatan besar, sekaligus sebagai bahasa alam yang mengisyaratkan teguran terhadap sikap dan kebijaksanaan manusia yang semakin ceroboh dan kacau. Di mana sikapnya menjadi cerminan akan rendahnya kadar kesadaran spiritual manusia.

makrokosmos adalah makhluk hidup pula. Atau setidaknya pernah hidup dan kini hidup dalam fase-fase selanjutnya. Apapun wujud makhluk, jika manusia mensia-siakan, pastilah akan menuai celaka. Hari jumat tanggal 29 oktober 2010 setelah saya mengantar pulang pak bupati bulungan ke bandara adisucipto, sewaktu pulang di tengah jalan melihat naga bumi yang bagi masyarakat umum sekilas tampak seperti awan berbentuk naga. Naga bumi dengan mulut menganga dan bertanduk, bergerak cepat dari selatan (laut kidul) ke arah utara bersatu dengan awan raksasa yang berada di samping merapi. Peristiwa ini hanya terjadi sekitar 5 menit dengan disaksikan semua orang yang berada di dalam kendaraan kami. Setelah itu muncul awan pertanda akan terjadi bencana besar dengan korban yang cukup besar pula. Jika disimpulkan, dua kekuatan besar yakni dari laut selatan (naga bumi) dan gunung berapi (baru-klinting di bawah komando ki jurutaman) bergabung untuk membangun kekuatan besar yang dapat menggegerkan jagad jawa. Awan yang mengisyaratkan bencana dengan korban banyak masih akan terjadi. Dengan kata lain 38 nyawa korban merapi belumlah cukup.

Saat itu ki jurutaman sempat memberikan sinyal yang dapat kami tangkap seperti di bawah ini ;


“hajatan” gunung merapi sebagai ekspresi kemurkaan ki jurutaman atas penghianatan manusia jawa, yang telah hilang kejawaannya. “hajatan” akan berlangsung selama 35 hari. Terhitung sejak hari selasa tanggal 26 oktober 2010.

kemurkaan ki jurutaman adalah hukum keseimbangan alam di mana telah terjadi ketidakselarasan antara “langkah” manusia dengan “hukum alam semesta”.

terjadi ketimpangan “karakter”, perilaku, behavior, antara makrokosmos dengan mikrokosmos. Sehingga terjadi kondisi di mana terdapat kecenderungan antagonis antara wujud alam yang berbeda namun unsurnya berasal dari materi yang sama.

bergabungnya dua kekuatan besar tentu akan membawa karakter berbeda dari letusan-letusan merapi sebelumnya. Merapi memang selalu menyimpan beribu misteri. Kraton jogja pun sebagai soko guru spiritual kosmologis keadaannya kian terpuruk. Walaupun seandainya menyadari apa yang terjadi dan tahu harus bagaimana. Toh jika memberikan perintah kepada masyarakat pun tak digubris. Dalam kondisi alam seperti ini, jikalau masyarakat diperintah untuk selalu membuat teh dan kopi tubruk setiap hari dan disajikan di ruang tamu mungkin dianggap sia-sia. Sebagian masyarakat malah menganggapnya sebagai tahyul dan mitos belaka seperti ungkapan presiden sby tempo hari. Anda percaya atau tidak, musibah dan bencana baru akan reda jika sby turun tahta. Silahkan ditunggu, dan dicermati, agar bisa membuktikan ucapan ini. Toh paling lama, tahun 2012 sby akan lengser keprabon.

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5842993

MXitEVO

Powered By Blogger
bloguez.com